.

Selasa, 24 Maret 2015

Lemah Dalam Tanah

Rasulullah SAW bersabda:
Man ro’a minkum munkaron falyughoyyiru biyadihi, failam yastathi fabilisanihi, failam yastathi’ fabiqolbihi wa   adh’aful iimaan”
(Barang siapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itulah selamah-lemahnya iman).
Hadist ini diriwayatkan oleh Al Imam Muslik rhm dalam Shohih-nya kitab Al Iman Bab tentang Nahi Munkar dari iman hadist ke-70, bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri ra. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibnu Majah rhm dalam Sunan-nya Bab Amar Ma’ruf Nahi Munkar, hadisy ke 4.003 Bahkan Al Imam Ahmad rhm dalam Musnadnya meriwayatkan hadist seperti di atas sebanyak 4 kali, hadist ke-10.651, 11,034, 11,090 dan 11.443.

Apa yang menjadi pikiranku sekarang? Tak banyak, hanya membisukan lisan untuk mentafakuri semuanya. Dan menanyakan apakah benar hanya iman yang lemah yang selama ini aku punyai. Ia terdiam dalam  hal yang tiada lurusnya, hanya mengucap di dalam hati seharusnya demikian bukan demikian. Namun semua orang bukanlah paranormal yang bisa menebak semua keadaan dan isi hati dari orang lain. Dan memang doa memagang kendali yang amat kuat atas suatu usaha. Tapi di menit ini pula, sejenak ingin aku mengucapkan kekecewaan padanya, kenapa hanya sebatas mengandalkan doa tanpa mengadakan usaha dulu?
Karena aku tidak berani! Ini adalah alasan pertama yang mungkin akan terucap dengan lirihnya, khawatir dianggap sebagai orang yang ekstrim apabila aku sampaikan yang tidak semestinya. Aku takut mereka menjauhiku dan mereka mengucilkanku. Kalaupun tidak berimpact secara langsung di aku, cepat atau lambat ia akan merusak kepercayaan masyarakat pada jamaah? Dan itu sama artinya dengan memberikan tembok penghalang yang tinggi pada langkah gerak, akan memberikan pertanda bahwa dakwah kami akan tersendat.
Kawan, ayo sedikit kita membuka mata, saksikan pada realita apa yang sebenarnya terjadi? Gunakan terapi yang diusung oleh Dr. Beck. Terapi kognitif dan ubahlah pola pikir kita, tatap dengan sudut keoptimisan. Itu semua saat ini hanya berkutat di dalam pemikiranmu saja. Kamu hanya khawatir akan sesuatu yang tidak-tidak, sesuatu yang belum pasti terjadi. Kamu berada pada posisi terbelenggu yang mana pikiranmu saja yang membuat belenggu itu. Beranjaklah dan cobalah untuk realistis sampai menuju ke taraf idealis. Melangkahlah…

Sumber : Islampos

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Feature 3

Feature 2

Popular Posts