.

Selasa, 31 Maret 2015

Selalu Melihat Kekurangan Diri Sendiri






Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah

Seseorang yang ikhlas cenderung menyibukkan hati untuk mengoreksi kekurangan dirinya. Bukan kekurangan orang lain. Dia merasa masih bayak keburukan  pada dirinya dan masih banyak kesalahan yang diperbuatnya. Karena itulah, dia jauh dai ujub(bangga terhadap diri sendiri) dan selalu merasa kaum mukminin yang lebih baik daripada dia.



Allah menyebutkan Hamba-Nya yang mukhlis dalam firman-Nya:

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”

Qs.Al-Mu’minun : 60

Demikianlah akhlak kaum salaf dahulu

Lihatlah Umar bin Khathab ra. Meski semua orang mengakuinya sebagai sahabat mulia, dia begitu khawatir apabila masuk kedalam golongan orang yang munafik.
sehingga dia bertanya kepada Hudzaifah bin Al-Yaman, sahabat yang diamanahi Nabi memegang rahasia beliau:
“Wahai Hudzaifah,beri tahu aku, apa aku termasuk orang yang munafik? Apakah Rasulullah pernah pernah mengatakan kepadamu suatu hal tentang diriku?”

Ibnu Abbas ra. Memegang lidahnya seraya menyatakan”
“Tidak ada yang lebih layak dipenjarakan daripada ini”

sejarah mencatat bahwa Abdullah bin Al-Mubarak rahimullah adalah seorang ulama yang sangat dikenal keshalihannya. Namun demikian, dia pernah menegaskan: “Aku mencintai orang-orang yang Shalih padahal aku buka bagian darri mereka. Aku tidak akan mencintai orang-orang yang tidak shalih sekalipun aku adalah orang terburuk dari mereka”

Bakar bin Abdullah berkata : “ Jika Syaitan membisikkan kepada salah seorang dari kalian bahwa dia lebih baik daripada orang lain dalam menjalankan agama, maka perhatikanlah hal berikut. Apabila orang lain itu yang lebih tua darimu, katakanlah : Orang ini lebih dahulu beriman dan beribadah kepada Allah daripada aku. Dan apabila dia lebih muda darimu, katakanlah: Aku lebih dahulu berbuat maksiat dariapada pemuda ini. Demikianlah, sebab orang mukmin yang kamu lihat pasti lebih muda atau lebih tua darimu.



Yuk, Bertawakal






Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah


Kita sering medengar: “ bertakwallah kepada Allah!” namun pernahkah kita bertanya tentang hakikat tawakal?
Tawakal adalah menyandarkan hati kepada Allah dalam menggapai maslahat atau menghindari mudarat baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi. Sehingga, semua harapan seseorang benar digantungkan kepada Allah semata.

Akhlak inilah yang menjadi ciri khas seorang mukmin dan yang mencerminkan kesiapan pribadi untuk melaksanakan segala kehendak ilahiah-Nya.
Dengan tawakal, hati terhubung langsung kepada Allah sehingga seorang mukmin tidak mencari pertolongan dan perlindungan kepada selain-Nya. Sikap inilah yang melahirkan keseimbangan dalam usaha hamba di dunia, berpegang teguh dalam tali agama Allah dan menyerahkan hasilnya kepada Allah

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”
Q.s Al-Anfal : 2


Manusia Tidak Pernah Luput Dari kesalahan






Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah


Tidak ada manusia yang suci dan bersih dari kekeliruan terhadap sesame, selain Rasulullah. Wajar saja, karena manusia emang guadangnya salah dan lupa. Baik disengaja maupun tidak, sebagian mereka kerap kali menyakiti perasaan ataupun menzhalimi seseorang.

Meskipun demikian, semua itu tidak akan sampai merusak hubungan apabila setiap kita mudah memaafkan kekeliruaan orang lain. Sungguh mudah memaafkan kealpaan sesama merupakan akhlak mulia insan yang bertakwa. Dan sifat inilah yang merupakan karakter penghui surga.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Q.s Ali Imran : 134

“Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa”
Q.s An-Nisa : 149

Alangkah beruntungnya hamba Allah yang hatinya mudah memaafkan, tidakmembalas keburukan dengan keburukan. Sebab, tidaklah sama antara kebaikan dan keburukan.

Lantas, mengapa kita masih saja merasa berat unuk memaafkan sesame manusia, padahal Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Memaafkan?



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Feature 3

Feature 2

Popular Posts