Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah
Seseorang yang ikhlas cenderung menyibukkan hati untuk mengoreksi kekurangan dirinya. Bukan kekurangan orang lain. Dia merasa masih bayak keburukan pada dirinya dan masih banyak kesalahan yang diperbuatnya. Karena itulah, dia jauh dai ujub(bangga terhadap diri sendiri) dan selalu merasa kaum mukminin yang lebih baik daripada dia.
Allah menyebutkan Hamba-Nya yang mukhlis dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”
Qs.Al-Mu’minun : 60
Demikianlah akhlak kaum salaf dahulu
Lihatlah Umar bin Khathab ra. Meski semua orang mengakuinya sebagai sahabat mulia, dia begitu khawatir apabila masuk kedalam golongan orang yang munafik.
sehingga dia bertanya kepada Hudzaifah bin Al-Yaman, sahabat yang diamanahi Nabi memegang rahasia beliau:
“Wahai Hudzaifah,beri tahu aku, apa aku termasuk orang yang munafik? Apakah Rasulullah pernah pernah mengatakan kepadamu suatu hal tentang diriku?”
Ibnu Abbas ra. Memegang lidahnya seraya menyatakan”
“Tidak ada yang lebih layak dipenjarakan daripada ini”
sejarah mencatat bahwa Abdullah bin Al-Mubarak rahimullah adalah seorang ulama yang sangat dikenal keshalihannya. Namun demikian, dia pernah menegaskan: “Aku mencintai orang-orang yang Shalih padahal aku buka bagian darri mereka. Aku tidak akan mencintai orang-orang yang tidak shalih sekalipun aku adalah orang terburuk dari mereka”
Bakar bin Abdullah berkata : “ Jika Syaitan membisikkan kepada salah seorang dari kalian bahwa dia lebih baik daripada orang lain dalam menjalankan agama, maka perhatikanlah hal berikut. Apabila orang lain itu yang lebih tua darimu, katakanlah : Orang ini lebih dahulu beriman dan beribadah kepada Allah daripada aku. Dan apabila dia lebih muda darimu, katakanlah: Aku lebih dahulu berbuat maksiat dariapada pemuda ini. Demikianlah, sebab orang mukmin yang kamu lihat pasti lebih muda atau lebih tua darimu.
0 komentar:
Posting Komentar