Dalam
siroh nabawiyah (riwayat perjalanan hidup Nabi besar Muhammad) tercatat
bahwa Muhammad kecil pernah diajak oleh kawan-kawannya menghadiri
kenduri pernikahan salah seorang warga Arab dusun. Biasanya di dalam
acara itu terdapat nyanyi-nyanyian yang dilantunkan oleh para penyanyi.
Seketika Muhammad ingin mendengar nyanyian itu gelaplah dunia dan ia
diselimuti rasa kantuk. Ia baru bangun setelah acara walimahan itu
selesai dan orang-orang sudah pada pulang.
Di
kemudian hari, kembali kawan-kawannya mengajak Muhammad menonton acara
walimahan plus nyanyian seperti waktu lalu. Akan tetapi Alloh kembali
menjaganya dengan mengirimkan pasukan ‘ngantuk’ yang mengalahkan matanya
dan lagi-lagi ia tertidur tanpa pernah mendengarkan nyanyian walimahan
itu.
Jelas
sudah bahwa salah satu hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa di
atas adalah keinginan Alloh menjaga pendengaran Nabi Muhammad dari
hal-hal yang sia-sia dan diharamkan. Pendengaran merupakan pintu masuk
utama ilmu pengetahuan. Orang bisa mengetahui suatu ilmu karena ia
mendengarkan sebuah informasi yang bermanfaat. Bisikan tercipta dari
mendengarkan suara-suara di luar sana. Bisikan positif yang menggerakkan
hati mampu berbuat kebaikan asalnya adalah suara-suara positif yang
didengarkan seseorang melalui telinganya. Anak kecil bisa bertutur kata
halus dan sopan karena ia mendengar tutur kata halus nan lembut dari
kedua orang tuanya di rumah. Jadi jangan pernah remehkan yang namanya
mendengar.
Konon
katanya, ada dua anak pelajar kelas 6 Sekolah Dasar yang selalu
terlambat dalam mencapai garis finish dalam lomba lari pada pelajaran
olahraga. Teman-temannya yang lain sering mencemooh dua anak ini. Yang
pertama sehat pendengarannya yang kedua rada tuli. Yang kedua ini jika
belajar memang menggunakan alat bantu dengar. Tetapi jika pelajaran
olahraga ia selalu melepasnya. Menjelang garis finish kedua anak tadi
kelihatan saling mengejar untuk mencapai garis akhir itu dan mereka
melihat teman-temannya di ambang garis itu sedang mencemooh mereka. Anak
yang pertama mendengarkan cemoohan itu sangat nyaring di telinganya:
“Dasar lamban! Kura-kura berlari! Siput merayap!”. Sementara itu anak
yang kedua mendengarkan teman-temannya sedang menyemangatinya: “Ayo,
kamu bisa! Kamu cepat! Kamu gesit! Maklum ia tidak mendengar, jadi hanya
menyangka saja. Apa yang terjadi selanjutnya? Anak yang kedua dengan
gesitnya mencapai garis finish jauh meninggalkan anak yang pertama. Jadi
jangan pernah anggap enteng yang namanya mendengar.
Alloh menjelaskan bagaimana seorang yang pintar itu mendengar:
فَبَشِّرْ
عِبَادِ (17) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ
أُوْلُوا الْأَلْبَابِ (18)
sebab
itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, (17) yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya .
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka
itulah orang-orang yang mempunyai akal. (18)
(Surat Az-Zumar). Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan ayat ini: “Yaitu,
orang-orang yang mendengarkan perkataan yang ada dalam al-Quran dan
as-Sunnah, lalu mereka melaksanakan perintah yang terbaik dan
mengamalkan yang paling banyak pahalanya”[1].
Dengan kata lain, kita katakan: informasi-informasi sangat banyak
beterbangan di dunia. Manusia mendengarnya dari televisi, dari radio
atau dari ceramah-ceramah. Informasi yang terbaik di antara seluruh
informasi itu tentunya adalah yang datangnya dari Alloh dan Rosul-Nya,
itulah Al-Quran dan Sunnah. Di dalam Al-Quran dan Sunnah itu terdapat
ayat-ayat yang paling banyak nilai pahalanya jika dikerjakan
dibandingkan dengan ayat-ayat yang lain yang juga terdapat di dalam
Al-Quran dan Sunnah itu. Contohnya adalah ayat yang menyuruh sedekah,
tentu pahalanya lebih banyak jika dikerjakan ketimbang ayat yang
menyuruh sholat sunnah. Sebabnya adalah sedekah itu manfaatnya lebih
meluas dan merata dirasakan oleh berbagai makhluk dibandingkan sholat
sunnah yang manfaatnya terbatas hanya untuk dirinya sendiri.
Ada
sebuah bukti yang mungkin bisa mengantarkan kita kepada kesimpulan
bahwa ibunya Imam Asy-Syafi’i adalah seorang wanita yang hafal Quran dan
mengerti maknanya. Suatu hari, ibu Imam Syafi’i memberikan kesaksian
beserta seorang wanita lain dan seorang laki-laki. Sang hakim lalu
berkata kepada ibunda Syafi’i: “tunggulah di ruangan itu sebentar wahai
nyonya, aku ingin bertanya kepada wanita ini dulu!”. Serta merta ibunda
Syafi’i menyela: “jika tuan hakim lakukan itu, berarti tuan keliru,
bukankah Alloh berfirman:
... أَن تَضِلَّ إْحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى ... (البقرة : 282)
… supaya jika seorang (wanita pemberi saksi itu) lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya … (Al-Baqoroh
: 282). Maka hakim itu kembali mengumpulkan ibunda Syafi’i beserta
wanita itu dalam satu ruangan. Yang ingin disampaikan di sini adalah
kisah tentang Imam Syafi’i yang telah mampu mengkhatamkan Al-Quran
sebanyak 30 juz dengan hafalan. Prestasi seperti ini mustahil tercapai
jikalau ibunya tidak memperdengarkan bacaan al-Quran sejak Syafi’i dalam
kandungan. Itulah keajaiban mendengarkan bacaan al-Quran.
Sekarang
ini, para ahli psikologi menganjurkan janin-janin yang berada di dalam
kandungan untuk diperdengarkan lagu-lagu klasik Mozart agar perkembangan
otaknya menjadi bagus. Benarkah demikian hasilnya? Sebagai seorang
muslim tentu berkeyakinan diperdengarkan lantunan murattal al-Quran
apakah lewat sang ibu atau bapaknya yang membaca al-Quran dengan suara
keras di samping janin atau menyetel kaset tilawah jauh lebih baik dan
bahkan berpahala di akhirat kelak. Bahkan bukan tidak mungkin anak yang
dibiasakan seperti ini nantinya akan dengan sendirinya mencintai bacaan
al-Quran dan sebagai orang tuanya kita tidak repot-repot lagi
membentak-bentak si anak untuk mau sekedar membaca al-Quran.
Suara
al-Quran ini, sesungguhnya memiliki energi positif yang sangat
bermanfaat untuk kehidupan manusia. Baru mendengar suaranya saja, orang
kafir bisa tunduk dan insaf lalu dengan sepenuh hatinya menerima Islam
sebagai agamanya. Di antara orang yang memeluk Islam karena mendengar
bacaan al-Quran adalah sahabat besar bernama Mush’ab. Ia mendengarkan
langsung bacaan al-Quran dari lisan Rosululloh –Shollallahu ‘alaihi wa
Sallam- sewaktu masih berda’wah sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqom.
Uniknya lagi, Mush’ab di kemudian hari menjadi da’i pertama yang
Rosululloh tugaskan untuk membagi hidayah Islam kepada penduduk kota
Madinah. Saat itu gelar yang Mush’ab sandang adalah ‘Muqri Al-Madinah’
yang artinya adalah pembaca al-Quran kota Madinah. Jadi hanya dengan
dibacakan al-Quran, Madinah berubah menjadi kota ilmu, dimana para
penduduknya menjadi penyandang akhlak yang mulia yang menjadi panutan
bagi dunia. Walaupun tentu saja di zaman sekarang dimana orang tidak
perhatian lagi dengan bahasa Arab, al-Quran tidak cukup dibacakan saja.
Namun lebih dari itu ia harus diterjemahkan dengan bahasa yang difahami
oleh zaman sekarang. Dan yang paling efektif adalah disuarakan dan
divisualisasikan melalui televisi, internet dan radio, melihat minat
masyarakat sekarang yang tidak begitu gandrung lagi membuka
lembaran-lembaran kertas.
Sven
Mann, seorang berkebangsaan Jerman, menceritakan pengalamannya masuk
Islam. Dulunya ia adalah anggota gangster yang membikin resah
masyarakat. Kisahnya bisa dini’mati di dalam situs youtube dengan judul:
"Pseudo gangster" cries when listening to Quran - A German Convert to Islam.
Seorang wartawan bertanya kepadanya: bagaimana kamu berpindah ke dalam
Islam? Sebelum aku menjawabnya, aku ingin meluruskan pertanyaan saudara.
Seseorang itu bukan berpindah ke dalam Islam sebab Alloh menciptakan
semua manusia ini memang sudah Islam sejak mulanya. Jadi yang tepat
adalah bagaimana kamu kembali menjadi muslim? Saya katakan: “Saya
menjadi muslim karena mendengar bacaan al-Quran yang dilantunkan oleh
seorang anak kecil di dalam sebuah masjid. Ketika itu saya sedang
melewati masjid itu lalu kedengaranlah suara yang tidak saya fahami
bahasanya dan tidak saya mengerti maknanya akan tetapi anehnya hati saya
bergetar demi mendengarnya, seolah-olah hati saya telah mengenalnya
sejak lama”. Sejak itulah ia mulai mendekati Islam dan akhirnya kembali
kepada Islam. Pemuda berkulit putih berperawakan tinggi ini
mengungkapkan bahwa esensi menjadi muslim adalah menjadikan seluruh
perbuatan, perkataan, hati dan sikap di bawah keinginan Alloh –Subhanahu
wa Ta’ala-.
Sementara
dalam hal ilmu kesehatan, mendengarkan bacaan al-Quran ternyata dapat
mengurangi rasa sakit wanita ketika bersalin (melahirkan anak). Inilah
beritanya yang diambil dari Ika Permana dalam http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2404:
Nyeri persalinan merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan, bersifat subjektif, dan bagian normal dari proses
persalinan akibat terstimulasinya saraf sensorik. Nyeri persalinan pada
kala I disebabkan oleh ditalasi dan penipisan serviks. Terapi
Nonfarmakologi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri persalinan. salah
satunya dapat menggunakan tehnik distraksi dengan mendengarkan Ayat
Suci Al-Quran. Mendengarkan Ayat Suci Al-Quran dapat menstimulus
gelombang delta yang menyebabkan pendengar dalam keadaan tenang,
tentram, dan nyaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh mendengarkan Al-Quran terhadap tingkat nyeri persalinan kala I
fase aktif pada primipara. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
quasi-experiment dengan rancangan yang digunakan adalah
pretest-posttest with control group. Jumlah sampel adalah 30 responden
yang diambil secara purposive sampling. Sampel dibagi dalam 2 kelompok,
yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 15 responden dan
kelompok kontrol sebanyak 15 responden. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan berupa mendengarkan Ayat Suci Al-Quran. Pengumpulan data
didapatkan melalui data primer dengan menggunakan skala nyeri Verbal
Decriptor Scale dan Wong Baker Faces Pain Rating Scale. Data yang
terkumpul kemudian diolah dengan menganalisis data menggunkaan uji
statistik Wilcoxon dan Mann-Withney.
Hasil
penelitian menunjukan penurunan tingkat nyeri persalinan pada kelompok
ekperimen adalah nyeri berat sebanyak 10 orang (66,70%) sebelum di
perdengarkan Al-Quran (pre test) dan nyeri sedang sebanyak 7 orang
(46,70%) setelah diperdengarkan Al-Quran (post test). Tingkat
nyeri persalinan kelompok kontrol adalah nyeri berat sebanyak 8
orang (53.30%) pada penilaian awal (menit ke-I) dan setelah 20 menit
responden mengalami nyeri berat sebanyak 10 orang (66,70%). Penurunan
tingkat nyeri persalinan diuji menggunakan Wilcoxon dengan derajat
kemaknaan P<0,05, didapatkan hasil kelompok ekperiment P=0,001 dan
kelompok kontrol P=0,414. Kesimpulan
penelitian ini menunjukan bahwa mendengarkan Al-Quran dapat menurunkan
tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara.
Suara
al-Quran yang dilantunkan, ternyata mampu membuat lingkungan menjadi
bersemangat dalam berlomba kebaikan. Contohnya di wilayah Jalan Bangka
Jakarta Selatan. Pada tahun 1990 hanya ada satu masjid yang mengadakan
sholat tarawih berjamaah membaca satu juz tiap malamnya, yaitu masjid
al-Hikmah. Lalu di tahun 1999, jarak sekitar 500 meter dari masjid
al-Hikmah, masjid at-Taqwa mengadakan sholat tarawih berjamaah dengan
membaca satu juz juga setiap malamnya bulan Romadhon. Lalu di tahun
2010, jarak sekitar 500 meter dari masjid at-Taqwa, masjid Nurul Islam
juga menyelenggarakan hal yang sama. Jarak waktunya berarti kurang lebih
10 tahun, sebaiknya labih dipercepat lagi. Dan mungkin inilah yang
Alloh firmankan dalam surat an-Naml ayat 8 dan 9:
فَلَمَّا
جَاءهَا نُودِيَ أَن بُورِكَ مَن فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (8) يَا مُوسَى إِنَّهُ أَنَا
اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (9)
Maka
tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: "Bahwa telah
diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (8)
(Allah berfirman): "Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (9)
(An-Naml). Perhatikanlah kata-kata Alloh ini: “telah diberkati
orang-orang yang berada di dekat api itu dan orang-orang yang berada di
sekitarnya”. Tempat apakah itu? Tempat apa lagi kalau bukannya tempat
turunnya firman-firman Alloh kepada Musa ‘alaihi as-Salam? Begitu juga
al-Quran, sebagai firman-firman Alloh yang Dia turunkan kepada nabi
Muhammad dan masih bisa kita baca 100 persen sesuai dengan yang dahulu
Dia turunkan di Arab. Jika kita baca di lingkungan kita, maka lingkungan
itu akan menjadi penuh kebaikan dan akan menjalar ke tempat-tempat yang
di sekitarnya.
[1]
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Mausu’ah Al-Qur’aniyyah Al-Muyassaroh
(diterjemahkan: Buku Pintar Al-Quran Seven in One), hlm. 461, penerbit:
Al-Mahira.
0 komentar:
Posting Komentar