BANYAK orang mengira kalau penyebab kematian itu adalah sakit,
kecelakaan, usia tua, atau sebab-sebab lain yang “pantas”menyebabkan
kematian. Oleh karena itu banyak orang pula yang tertipu dan lalai akan
kematian.
Kurang lebih seperti itu yang bisa saya kutip dari sebuah CD tutorial
keislaman tentang kematian, yang judulnya “Nafas Terakhir”.
Hari gini bicara tentang kematian? Serem amat. Atau gak penting amat,
saking seringnya berita kematian berseliweran di telinga ini. Tapi,
terimakasih pada suami yang secara spontan membeli cd itu, kematian
menjadi “topik hangat” di benak saya. Apalagi hari ini, 3 Desember
adalah hari lahir saya. Katanya, semakin lama kita menjalani kehidupan,
semakin dekat kita dengan kematian. Membayangkannya, dengan imajinasi
yang sangat baik, memerindingkan. Mulai dari sakaratul maut sampai
perjalanan hidup setelahnya.
Yang biasanya menjalani hari dengan suami, mengurus anak-anak
(lengkap dengan berbagai keluhan), tiba-tiba hidup seorang diri dalam
sunyi dan gelap… Biasanya tinggal di rumah senyaman mungkin, tiba-tiba
rumahnya hanya sebuah lubang ukuran badan. …Biasanya bertemu
teman-teman, ramai dengan tetangga, tiba-tiba sendiri terus. … Biasanya
sholat, tilawah,shoum (meski dengan kualitas gak jelas), tiba-tiba semua
itu tidak lagi bisa dilakukan. … Biasanya bisa menonton tayangan
favorit, mendengar lagu kesukaan, tiba-tiba wajah ini dihadapkan pada
tanah melulu. … Menunggu…menanti… belum lagi dipertemukan dengan
kejadian atau makhluk Allah yang lain, yang belum pernah disaksikan dan
didengar ketika hidup di dunia…. Tidak ada tempat curhat, tidak ada
tempat minta tolong…. Dan yang sangat jelas, tidak mungkin kembali ke
dunia! Masuk ke dalam kehidupan yang sangat abadi. Kehidupan yang
sesungguhnya. Membuat tidak nyaman untuk membahasnya.
Apa jangan-jangan waktu saya sudah dekat dengan tiba-tiba ingin
membahas ini? Tapi..bukankah orang-orang soleh dahulu, menjadikan
kematian sebagai ‘alarm tone’ yang sering dipasang. Di penghujung hari
mereka mengevaluasi aktivitas dan merencanakan masa depan (esok hari)
dengan memasukkan aspek ‘kematian’. Jadi, seharusnya tidak aneh dan
tidak usah tidak nyaman membahas kematian (akhirnya saya simpulkan
sendiri). Karena juga, terlepas dari pelajaran sufistik, kematian
terbukti sebagai satu obat manjur yang sangat efektif.
Dengan mengingat mati, terobatilah rasa marah, dendam, iri dan
dengki. Mati juga mematikan rasa malas dan menghilangkan waktu bengong.
Mati meredam ambisi yang buta. Mati menumbuhkan motivasi untuk beramal
soleh sebanyak-banyaknya,bersemangat mewujudkan cita-cita yang baik,
beribadah lebih baik. Mati membukakan mata atas segala kesalahan yang
telah diperbuat, memotivasi untuk melakukan perbaikan sebaik mungkin,.
Salah satunya dalam masalah mendidik anak.
Kalau dihitung sungguh banyak sekali kesalahan saya dalam mendidik
anak. Hari ini saya masih ngomel-ngomel pada anak-anak, setelah
sebelumnya bertekad untuk menanggalkan ‘taring dan tanduk’ apapun yang
terjadi. Melakukan pendekatan yang lebih ‘persuasif’ sebagai gantinya.
Tapi ketika pulang ke rumah demi melihat pengasuh anak-anak/asisten saya
pucat dan nekat pulang menerobos hujan deras membuat saya
bertanya-tanya dengan nada tinggi. Dan duo (Bilqis dan Musa, mereka beda
18 bulan, sekarang seperti kembar. That’s why;duo) pun mengakui
kenakalan mereka.
Tidak lama setelah saya mengomel, Bilqis menulis ini di buku hariannya;
Umi teteh/sayang kepa/da umi teteh/mau yanh(nya)/sama umi/teteh
ga mau/ditigalin (ditinggalin)/teteh juga/sayang umi/dan
abi/sayang/teteh alham/dulilah/kepada alah (Allah)/umi bai(k)
sekali/kepada teteh/teteh jadi senang bahagiya .. (beberapa huruf gak
jelas)
(Saya benar-benar memohon kepada Allah, petunjukNya yang Agung dan
kesanggupan untuk memperbaiki diri. Dan hari ini, begitu banyak yang
memberikan selamat dan bertabur do’a -terimakasih banyak
yaa,jazakumullah khair katsir…(banyak yang mendo’akan begini jadi ingin
ultah tiap hair)..
Di telinga saya, setiap ucapan selamat itu menjadi seperti;
Selamat memperbaiki akhlak
Selamat memperbaiki ibadah
selamat memperkuat keimanan
Selamat tambah serius menjaga amanah
Selamat bayar utang-utang ;p
Selamat membayar janji
Selamat memperbaiki kinerja
Selamat meninggalkan kebodohan,kemalasan
Selamat meningkatkan kasih-sayang,tanggungjawab
Selamat berwaspada selalu atas waktu
Karena setiap saat bisa menjadi;
Nafas terakhir
Sumber : Islampos
Tags
Feature 3
Feature 2
Popular Posts
-
Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah Kita wajib berlaku ihsan kepada diri sendiri, bahkan sebelum kita berlaku ihsan kepada sesame ...
-
Saya cuma ingin berkongsi pendapat tentang keutamaan hidup kita. Bagi saya dalam apa pun keputusan hidup kita, kita perlu membuat keuta...
-
Tuhan yang beri kita rezeki, dan hanya Dia yang berkuasa mengambilnya semula. Duit dalam genggaman kita, dalam akaun bank, dalam poke...
-
Tolong Menolong Dalam Kebaikan Dan Takwa Bersama Orang Non Muslim Allah berfirman: “ Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu...
-
Situs ini hanyalah dakwah seorang hamba yang tidak lebih hanya mengharap Ridho-Nya :) Semoga dapat memberikan 'Ilmu yang bermanfaat ...
-
40 dampak dan akibat berbuat zina 1) Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa, kemaksiatan dan keburukan 2) Berkurangnya agama / hila...
-
Bahagia bukan hanya hal-hal yang bisa membuat kita bahagia tetapi carilah hal-hal yang membuat kamu sedih dan cobalah berhenti untuk me...
-
Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah Sebagimana dalam konteks keimanan, dalam hal menjaga semangat belajar, motivasi untuk berusaha da...
-
RAGU sering sekali menghinggapi kita, misalnya saja ragu kepada hal kebaikan, contohnya : saat melihat pengemis dijalan, kita ragu untu...
-
Ditulis Oleh : Muhammad Rais Fadillah Dewasa ini banyak sekali orang yang merokok, bahkan tak jarang kita jumpai remaja ya...
0 komentar:
Posting Komentar